Multiplexing
Apabila teknik multiplexing digunakan pada salah satu sisi
jalur komunikasi, maka secara logis kita tahu bahwa akan dibutuhkan teknik
untuk memilah-milah kembali sinyal yang telah digabungkan dalam proses multiplexing. Teknik yang digunakan
untuk memilah-milah sinyal yang telah digabungkan disebut dengan demultiplexing.
Ada 3 macam teknik untuk melakukan multiplexing, yaitu
Frequency-Division Multiplexing (FDM), Wavelength-Division
Multiplexing (WDM) dan Time-Division
Multiplexing (TDM). FDM dan WDM digunakan untuk melakukan multiplexing sinyal-sinyal analog,
sedangan TDM digunakan untuk multiplexing
sinyal digital.
Frequency-Division
Multiplexing (FDM)
FDM menggabungkan beberapa sinyal analog yang akan
ditransmisikan pada sebuah jalur komunikas. Karena itu multiplexing dengan
menggunakan teknik FDM dapat terjadi apabila pita frekuensi setiap sinyal
analog. Namun sebelum proses penggabungan terjadi, setiap sinyal harus
dimodulasi terlebih dahulu dengan menggunakan frekuensi pembawa yang
berbeda-beda. Pada jalur komunikasi yang telah di-multiplex, sebuah sinyal dengan frekuensi tertentu disebut dengan
satu kanal komunikasi.
Gambar 1 Ilustrasi proses multiplexing pada FDM
Gambar 1 memberikan gambaran konseptual tentang multiplexing dengan teknik FDM.
Perhatikan bahwa pada jalur komunikasi terdapat lima buah kanal berbeda, yang
mana setiap kanal memiliki frekuensi tertentu, yaitu: f1, f2, ..., f5. Agar kanal komunikasi satu dengan kanal komunikasi
yang lain tidak saling berinterferensi, maka di antara kanal komunikasi
tersebut diberikan guard-band, yaitu
pita frekuensi yang bertugas untuk memisahkan kanal komunikasi satu dengan yang
lain.
Implementasi proses multiplexing dengan menggunakan teknik
FDM dilakukan dengan cara menjumlahkan semua sinyal hasil modulasi dengan
frekuensi pembawa tertentu, seperti ditunjukkan dalam Gambar 2. Gambar 2 adalah
implementasi multiplexing dengan FDM untuk mencampur 5 buah informasi
(digunakan istilah ‘informasi’ karena sinyal tersebut dapat berupa sinyal
digital atau analog). Selanjutnya hasil sinyal campuran dilewatkan kembali
melalui saluran komunikasi dengan menggunakan frekuensi pembawa fc.
Gambar 2 Ilustrasi proses implementasi multiplexing dengan
teknik FDM
Spektrum sinyal FDM untuk 5 kanal komunikasi diilustrasikan
dalam Gambar 3. Seperti terlihat dalam gambar, setiap kanal komunikasi
dipisahkan oleh guard-band untuk
mencegah terjadinya interferensi di antara pita frekuensi yang berdekatan.
Sekarang bagaimana proses mendapatkan kembali informasi yang
asli dari sinyal campuran hasil proses multiplexing? Sebagaimana dikemukakan
sebelumnya, proses mengurai kembali campuran sinyal multiplexing disebut
demultiplexing.
Pada proses demultiplexing, campuran sinyal dipisahkan
dengan menggunakan filter bandpass.
Keluaran dari filter adalah sinyal dengan frekuensi f1, f2, ..., f5. Langkah terakhir adalah melakukan proses
demodulasi untuk mendapatkan kembali informasi asli. Seluruh proses
demultiplexing pada FDM ditunjukkan dalam Gambar 4.
Contoh aplikasi teknik FDM dalam dunia nyata adalah pada
radio siaran (broadcast) atau
televisi siaran (broadcast). Pada
radio siaran atau televisi siaran setiap stasium pemegang hak siaran akan
menempati kanal komunikasi tertentu. Misalnya radio siaran FM, menurut Keputusan
Menteri Perhubungan no 15 tahun 2003 menempati rentang pita frekuensi radio
antara 87,5 MHz sampai 108 MHz, yang mana setiap kanal hanya diperbolehkan
untuk menempati kanal dengan lebar pita frekuensi 100 KHz. Maka apabila
dilakukan pembagian sederhana, akan didapatkan sebanyak 204 stasiun radio
siaran di Indonesia.
Teknik multiplexing FDM juga digunakan pada telepon seluler
generasi yang pertama (1G) yang dikenal dengan nama Advanced Mobile Phone System (AMPS) dengan alokasi pita frekuensi
untuk masing-masing kanal adalah 25 MHz. Kanal untuk mengirim informasi dari base station ke pengguna (forward link) beroperasi pada pita
frekuensi 869 MHz – 894 MHz, sedangkan kanal untuk mengirim informasi dari
pengguna ke base station (reverse link) beroperasi pada pita
frekuensi 829 MHz – 849 MHz. Pada AMPS setiap pengguna akan mendapatkan alokasi
frekuensi sebesar 2 kali 30 KHz, yaitu: 1 kanal untuk mengirim informasi dan 1
kanal untuk menerima informasi. Karena itu beberapa pengguna tidak
diperbolehkan untuk menggunakan kanal yang sama pada satu saat. Teknologi AMPS
masuk ke Indonesia melalui operator telepon seluler bernama PT. Komselindo.
Teknologi GSM, yang saat ini banyak digunakan oleh pengguna
telepon seluler di Indonesia menggunakan campulan teknologi multiplexing FDM
dan TDM secara bersama-sama. Pada GSM kanal untuk forward link berada pada frekuensi 935 MHz – 960 MHz, sedangkan
untuk reverse link berada pada
frekuensi 890 MHz – 915 MHz. Setiap user akan mendapatkan alokasi frekuensi
sebesar 200 KHz.
Wavelength-Division
Multiplexing (WDM)
WDM adalah teknik yang digunakan untuk mentransmisikan
beberapa sinyal dalam bentuk cahaya dengan panjang gelombang yang berbeda-beda
menjadi campuran sinyal cahaya (multiplexed
signal). Cahaya dengan panjang gelombang yang berbeda-beda ini dapat
ditrafsirkan sebagai cahaya dengan warna yang berbeda-beda. Dengan demikian
implementasi teknik WDM adalah untuk proses multiplexing pada saluran
komunikasi serat optik.
Pada dasarnya teknik multiplexing WDM menggunakan prinsip
yang sama dengan teknik multiplexing
FDM, tetapi WDM diaplikasikan untuk menggabungkan panjang gelombang dari sinyal
cahaya, sedangkan FDM diaplikasikan untuk menggabungkan sinyal listrik analog.
Perbedaan yang lain adalah bahwa WDM menggunakan gelombang pembawa dengan
frekuensi yang diterapkan pada FDM. Secara konseptual teknik WDM dengan
menggunakan 5 panjang gelombang diilustrasikan dalam Gambar 5.
Gambar 5. Ilustrasi proses multiplexing pada WDM
Saluran komunikasi serat opetik menggunakan cahaya dalam
rentang pita frekuensi infra merah (infrared)
dengan panjang gelombang bermacam-maca, yaitu: 850 nano-meter, 1.320
nano-meter, 1.400 nano-meter, 1.550 nano-meter dan 1.620 nano-meter.
Dalam aplikasi nyata terdapat tiga macam kategori WDM yaitu:
- Wavelength Division Multiplexing (WDM), menggabungkan 2 sampai 4 panjang gelombang dalam satu saluran komunikasi serat optik. Teknik WDM yang mula-mula digunakan adalah WDM dua kanal dengan menggunakan panjang gelombang 1.320 nano-meter/1.550 nano-meter.
- Coarse Wavelength Division Multiplexing (CWDM), menggabungkan 4 sampai 8 panjang gelombang atau lebih dalam satu saluran komunikasi serat optik dengan jarak antar sinyal sebesar 10-20 nano-meter. Pada umumnya digunakan untuk jaringan serat optik jarak pendek dan menengah (local area network atau metropolitan area network).
- Dense Wavelength Division Multiplexing DWDM), menggabungkan 8 atau lebih panjang gelombang dalam satu saluran komunikasi serat optik dengan jarak antar sinyal sebesar 1-2 nano-meter. Bahkan teknologi WDM terbaru dengan menggunakan DWDM dapat menggabungkan ratusan panjang gelombang dalam satu saluran komunikasi serat optik.
Time-Division
Multiplexing (TDM)
TDM adalah teknik multiplexing dengan cara melakukan
pembagian waktu akses ke saluran komunikasi. Pada TDM tidak ada pembagian kanal
berdasarkan frekuensi, karena itu seluruh pita frekuensi yang ada dianggap
sebagai satu kanal komunikasi. Secara natural, TDM diimplementasikan untuk
sinyal digital, bukan pada sinyal analog. Perhatikan proses multiplexing lima buah sinyal digital
dengan menggunakan TDM dalam Gambar 6. Setiap sinyal akan menempati slot waktu
yang berbeda dalam proses transmisi, tetapi memiliki frekuensi pembawa sama.
Seperti terlihat dalam gambar, sebanyak 5 sinyal input
(berasal dari 5 koneksi) yang telah di multiplex
membentuk deretan frame. Setiap frame memuat 5 buah slot dari sinyal asli
dengan durasi waktu setiap slot lebih pendek daripada durasi waktu sinyal asli.
Teknik TDM dapat diimplementasikan dengan dua macam
teknologi, yaitu: Synchronous TDM dan
Statical TDM. Pada synchronous TDM, setiap koneksi memiliki
jatah slot waktu pada keluaran hasil multiplex.
Sekalipun tidak ada data pada slot tersebut, jatah slot waktu tetap
dialokasikan bagi setiap koneksi pada bagian keluaran hasil multiplex. Sedangkan pada statistical TDM, jatah slot waktu hanya
dialokasikan apabila koneksi memiliki data input, apabila koneksi tidak
memberikan data imput alokasi waktu tidak diberikan untuk koneksi tersebut.
Dengan demikian, statistical TDM
lebih efisien daripada synchronous
TDM.
Multiplexing
Reviewed by Mia
on
00:49:00
Rating:
Infonya sangat berguna
ReplyDelete